Why bad things happen to good people? Bacaan yang cukup menarik. Lagi-lagi ada kubu baik dan jahat yang berperang. Pergumulan kali ini terjadi antara nalar dan iman(maaf, maksudku agama..karena keduanya tidaklah sama). Apakah kita harus menelan bulat-bulat keseluruhan kalimat yang ada di kitab, ataukah menggabungkannya dengan nalar. Di kitab tertulis, orang benar tidak akan ditimpa oleh bencana apapun, tetapi orang fasik akan senantiasa celaka (Amsal 12:21). Sedangkan aku sering sekali mendengar perkataan, orang jahat umurnya panjang dan orang baik cepat meninggal.
--permisi numpang lewat sebentar--
Terjadi unjuk rasa mahasiswa yang berbuntut bentrok dengan aparat. Ada mahasiswa yang kena gas air mata, ada polisi yang kena sambit batu bata. Mereka sama-sama manusia, yang punya kepentingan masing2. Merasa sama-sama merasa benar. Lalu muncullah media massa, memberitakan dengan frame yang berbeda-beda. Dan mau bilang apa, pembaca lebih suka melihat 'mahasiswa dianiaya petugas' sebagai headline. Jadi muncullah berita2 itu..
Jadi maksudku, siapa bilang orang yang kurang baik (baca:tidak ikuti aturan Tuhan dan sesama) tidak mengalami kesusahan, penderitaan, dan mati muda? Hanya terdengar lebih ironis kan kalau kita bilang, orang baik banyak tertimpa hal-hal buruk. Seakan-akan ingin menguji kesabaran yang di atas, betapa tidak adilnya dunia.
Haruskah dunia adil? Hitam dan putih melulu? Dengan neraca yang berimbang melulu? Memastikan dunia ini adil aku rasa hanyalah suatu penguatan terhadap iman yang mulai goyah. Bila disakiti orang maka kita berharap dalam hati, pasti dia akan mendapat balasannya. Karena dunia dan Dia pasti adil. Lalu apa bedanya kita dengan dia yang menyakiti kita?
Nalar : siapapun pemainnya, permainan akan berlangsung adil dan selalu ada probabilitas menang pun kalah di setiap pihak.
Agama : berbuat baik akan selamat, berbuat jahat akan celaka.
(Tapi tunggu, bukankah Avicenna atau Ibnu Sina menemukan nalar dalam agama? Yang bisa membela dan menentang agama, dan kemudian dipakai untuk menjalankan lembaga keagamaan?) (Mungkin inilah yang dimaksud dari abu kembali menjadi abu, yaitu kejadian nyata--kepercayaan--nalar--agama--nalar--kepercayaan--kejadian nyata)
Aku, yang dengan bodohnya membuat tulisan ini : pusing juga ya bo..yah, aku sih cuma berpegang pada apa yang terjadi, itulah yang terbaik menurutNya. Mau dunia adil atau enggak, bukan urusanku. Tapi pasti apa yang belum terlunasi disini, nanti akan ditagih juga. Waktu Dia dan bukan waktu manusia.
Kalian : ini orang edan nulis apa ya, kebanyakan nganggur kali ya=p
Lalu Dia : (kita gak denger apa2, wahyu kan gak dateng begitu aja) (bisa jadi tertawa..ya, pasti sedang tertawa..)
No comments:
Post a Comment